Gaji di Bawah UMP, Bukan Salah Skill Tapi Sistem

Sekarang ini, masih banyak pekerja yang gajinya di bawah UMP daerahnya. Bukan cuma di pelosok atau yang tanpa ijazah. Di kota besar pun, cerita tentang orang yang kerja penuh waktu masih mudah ditemui. Banyak di antara mereka yang gajinya belum sampai standar minimum.

Padahal tiap tahun pemerintah ngumumin UMP dan UMK. Angkanya biasanya naik. Paling tidak mengikuti inflasi. Tapi entah kenapa, banyak orang tetap nggak merasakan perlindungannya.

Ilustrasi gaji minimum. (Photo by Karola G @Pexels)

Dulu saya sempat mikir, mungkin karena mereka belum cukup skill atau pengalaman. Setelah saya pelajari, dugaan itu meleset. UMP bukan penilaian performa kerja. UMP ditetapkan sebagai standar kebutuhan hidup minimum. Bukan harga skill seseorang.

Dari sini sering muncul salah paham.


UMP Itu Biaya Hidup Minimum, Bukan Nilai Kerja

UMP dan UMK dirancang sebagai jaring pengaman. Tujuannya sederhana. Agar pekerja bisa hidup layak. Cukup buat makan, transport, dan tempat tinggal. Bukan hidup mewah. Cuma supaya tetap bisa bertahan.

Cara nentuin angkanya mempertimbangkan inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan Kebutuhan Hidup Layak. Yang dihitung adalah biaya kebutuhan dasar. Bukan IPK. Bukan portofolio. Bukan sertifikat.

Banyak orang, termasuk saya dulu, mengira UMP itu semacam patokan harga jual skill. Begitu dengar ada yang digaji di bawah UMP, pikiran pertama sering langsung muncul. Kita mengira kerjaannya kurang berharga. Atau kemampuannya dianggap belum cukup.

Padahal bukan itu maksudnya. UMP hanya batas bawah agar orang bisa hidup dari hasil kerjanya. Kalau gajimu di bawah UMP, bukan otomatis kamu kurang layak. Bisa jadi yang bermasalah justru sistem dan praktik upahnya.


Rasa Nggak Layak Bukan Salah Kamu. Seringnya Salah Sistem.

Ada banyak jenis pekerjaan yang perlindungannya belum utuh. Contohnya freelancer, kurir, dan pekerja harian. Ada juga magang serta pegawai kontrak yang statusnya masih abu-abu. Mereka bisa kerja delapan jam tiap hari. Tapi tetap nggak dapat UMP, apalagi tunjangan.

Sistem kerjanya makin fleksibel. Sementara perlindungannya kaku. Aturan UMP ada. Tapi pengawasannya sering lemah. Banyak pekerja bahkan nggak tahu haknya sendiri.

Lebih runyam lagi, kita terbiasa disuapin narasi seperti:

 "Yang penting masih digaji."

 “Syukur masih ada kerja.”

 “Namanya juga junior, sabar dulu.”


Dulu saya juga menelan mentah-mentah. Lama-lama kita sadar. Rasa 'nggak layak' ini bukan soal kemampuan. Ini lebih tentang sistem yang belum menghargai manusia dengan pantas.

Bersyukur itu baik. Tapi kalau syukur dipakai untuk membenarkan ketidakadilan. Maka kita perlu nanya ulang. Ini benar-benar syukur, atau kita terpaksa nerima?


Jadi Apa Artinya Kalau Gaji Saya Di Bawah UMP?

Artinya kamu lagi berada di sistem yang belum sepenuhnya mengakui atau menghargai kerja secara layak.

Digaji di bawah UMP bukan tanda kamu malas atau masa depanmu suram. Mungkin kamu bekerja di sektor yang belum terlindungi. Atau di perusahaan yang belum punya skema upah yang benar.

Tapi ini bukan nasib yang harus diterima begitu saja. Begitu paham bahwa UMP bukan indikator skill, kamu bisa berhenti menyalahkan diri. Pertanyaan bergeser. Apakah kerja saya dihargai secara manusiawi?

Kita hidup di masa ketika narasi 'kerja keras pasti berhasil' masih lantang. Sementara realitanya sering nggak sejalan. Kalau standar yang kita pakai saja tidak konsisten. Maka wajar kalau kita terus merasa kurang. Padahal yang kurang bisa jadi struktur dan pengawasannya.


UMP Bukan Ukuran Harga Diri

Pelajaran besarnya adalah UMP bukan penentu pintar atau malas. UMP adalah patokan minimum supaya orang bisa hidup tanpa kelaparan. Tetap punya ongkos pulang. Dan tidak kehilangan martabat.

Kalau kamu mulai meragukan harga diri karena gaji di bawah UMP, tarik napas. Ini bukan tentang kamu sebagai individu. Ini tentang sistem kerja dan ekonomi yang masih jauh dari ideal.

Tugas kita, setidaknya, adalah paham dulu apa arti UMP yang sebenarnya. Dari situ, lahir kesadaran. Lalu keberanian buat bertanya. Pelan-pelan, semoga diikuti perubahan.


Posting Komentar untuk "Gaji di Bawah UMP, Bukan Salah Skill Tapi Sistem"